PUISI PUISI AKU DI HARIAN MEDAN
"Pilihan Salah" dan "Pohon Tanpa Daun dan Buah" hadir di Rubrik Puisi Cemerlang, harian Waspada Medan, Minggu, 7 Oktober 2012
Tengkyus buat Bro Rudy Sitohang dan Embart atas jalannya dan juga anak-anak Cermat (Cendol Medan) semuanya
Horas!
PILIHAN SALAH
Kau tawarkan aku segala dosa
Berhadiah suka canda dan juga gembira
Aku tertawa dalam hampa
Mengangguk walau tertusuk duri berbisa
Kusambut uluran tanganmu
Yang menggenggamku erat sesak mengikat
Menggandeng diriku menyusuri gelap
Mengarungi lumpur yang terus saja menghisap
Aku tertawa dalam dosa
Semakin durja semakin hina
Terus bernafas dalam nafsu dunia
Untuk siapa?
Seringaimu bagiku senyuman
Yang meninabobokanku dalam buaian jahanam
***
Lonyenk Rap. Mempawah, 25 Februari 2003
POHON TANPA DAUN dan BUAH
Pohon itu temanku
Aku panjat supaya kenal lebih akrab
Tapi dia kelihatan aneh
Tanpa daun dan buah di rantingnya
Temanku itu kelihatan sempurna
Tegap dan mengagumkan diantara yang lainnya
Tapi
Dia tak punya daun seperti hati
Tak punya buah laksana kasih
Sayang memang
Padahal dia menjulang kokoh dan gagah
Berdiri tegap membelah mega
Teman
Kau bagaikan pohon itu
Gagah dan sungguh berwibawa
Tampil mempesona diantara mereka
Tapi
Kau juga seperti pohon itu
Tak punya daun dan juga buah
Tak punya hati dan juga kasih
***
Lonyenk Rap. Sanggau, 19 Februari 2003
"Pilihan Salah" dan "Pohon Tanpa Daun dan Buah" hadir di Rubrik Puisi Cemerlang, harian Waspada Medan, Minggu, 7 Oktober 2012
Tengkyus buat Bro Rudy Sitohang dan Embart atas jalannya dan juga anak-anak Cermat (Cendol Medan) semuanya
Horas!
PILIHAN SALAH
Kau tawarkan aku segala dosa
Berhadiah suka canda dan juga gembira
Aku tertawa dalam hampa
Mengangguk walau tertusuk duri berbisa
Kusambut uluran tanganmu
Yang menggenggamku erat sesak mengikat
Menggandeng diriku menyusuri gelap
Mengarungi lumpur yang terus saja menghisap
Aku tertawa dalam dosa
Semakin durja semakin hina
Terus bernafas dalam nafsu dunia
Untuk siapa?
Seringaimu bagiku senyuman
Yang meninabobokanku dalam buaian jahanam
***
Lonyenk Rap. Mempawah, 25 Februari 2003
POHON TANPA DAUN dan BUAH
Pohon itu temanku
Aku panjat supaya kenal lebih akrab
Tapi dia kelihatan aneh
Tanpa daun dan buah di rantingnya
Temanku itu kelihatan sempurna
Tegap dan mengagumkan diantara yang lainnya
Tapi
Dia tak punya daun seperti hati
Tak punya buah laksana kasih
Sayang memang
Padahal dia menjulang kokoh dan gagah
Berdiri tegap membelah mega
Teman
Kau bagaikan pohon itu
Gagah dan sungguh berwibawa
Tampil mempesona diantara mereka
Tapi
Kau juga seperti pohon itu
Tak punya daun dan juga buah
Tak punya hati dan juga kasih
***
Lonyenk Rap. Sanggau, 19 Februari 2003
Alam Membenciku
Aku rasanya
malu menjalani hari ini
Tiba-tiba
saja sang waktu acuh padaku
Matahari tak bersahabat menatapku
Lalu
awan hitam menyeringai, datang merangkulnya sebagai teman
Aku juga
takut menyolek bunga
Durinya
yang tajam siap menyahut sapaku
Kupu-kupu
yang bermain disana juga tak mau menoleh kearahku
Hanya
kepakkan sayapnya yang meracuni nafasku
Kaukah
itu hujan?
Yang
menggamit bahuku hingga basah?
Yang
menusuk punggungku hingga dingin?
Yang
memeluk tubuhku dalam menggigil?
Bias...
Hanya
gerimis yang jawab tanyaku
Kodok
terdengar mengejekku
Mengata-ngataiku
sebagai manusia acuh pongah
Aku
hanya bisa tersenyum gamang
Tak
marah tak juga bahagia
Semut-semut
memakiku dengan gigitan
Perkampungannya
terinjak kakiku
Tapi
aku tak bisa memperbaikinya sekarang
Tak
ada papan, paku dan juga palu di tangan
Aku
pulang ke kamarku yang terang
Mencoba
membujuk bulan tuk bermain kartu
Tapi
bulan juga menggeleng bisu
Dan...
Sempurnalah
kebencian alam kepadaku.
Lonyenk. Mempawah 17 April 2003
SENYUM (Ada Cinta, Persahabatan dan Canda Tawa)
Penerbit : Universall Nikko
Kategori(Sub) : Fiksi (Kumcer)
ISBN : 978-602-9458-21-3
Edisi⁄Cetakan : I, 1st Published
Tahun Terbit : 2012
Harga : Rp 49.500,-
Seluruh Kontributor :
Mayoko Aiko | Indah Hanaco | Sondang Nababan | Lonyenk Rap | Impian Nopitasari | Angri Saputra | Arumi Ekowati | Alfian Daniear | Hilal Ahmad | Naminist Popy | Jacob Julian | Prima Sagita | Ari Keling | Setiawan D Chogah | Astuti Parengkuh | Dedek Fidelis Sinabutar | Fuan Fauzi | Nafilah Nurdin | Akarui Cha | Ikbal Tawakal | Wiwin Faresha Al Ghifari | Ryourie | Widi Astuti
Pemesanan antologi bisa melalui : Widi Astuti aka Dia Gaara Andromeda di no. hape (08567368262)SENYUM
Alhamdulillah lahir lagi antologi aku yang ke 11
Di sini aku menulis 1 cerpen yang berjudul BARBIE
BARBIE
Kalau tak ingat cewek manja ini sepupuku, mungkin sudah dari tadi aku meninggalkannya di pasar ini. Aku benar-benar muak dengan tingkahnya. Dasar, cewek sok kota. Semuanya mau serba hight dan sempurna. Harus exclusive dan berkelas. Harus selalu bersih, wangi dan higienes. Memang dia pikir dia siapa? Paris Hilton? Mana semua kemauannya harus dituruti lagi. Aku yakin, orang yang pernah jadi baby sitternya dulu pasti nasibnya berakhir di rumah sakit jiwa. Aku menyesal mengikuti saran Nenek membawanya kesini.
Hari ini aku memang diminta Nenek ke pasar untuk berbelanja, tugas yang biasa kukerjakan kalau Nenek berhalangan. Aku selalu senang melakukannya bila berlibur kesini. Tapi bencana melanda ketika Nenek minta Barbie untuk menemaniku. Bukannya aku tak mau dibantu, tapi Barbie punya bakat besar untuk membebaniku. Seperti saat ini. Awalnya Barbie senang menemaniku, tapi setelah sampai dia malah minta pulang. Kacau. Mana suaranya cempreng, lagi. Didekatnya aku merasa matahari pagi yang mulai beranjak panas, semakin terasa menyengat di kepala.
“Kita mau belanja disini?” tanyanya keheranan, seolah-olah dirinya baru saja turun dari piring terbang.
“Kamu pikir kita akan belanja di Hypermart?” tanyaku balik dengan nada ketus.
“Yeah.. I know, disini tak ada pusat perbelanjaan yang memadai. Tapi, please jangan disini dong,” pintanya dengan nada melecehkan.
Matanya memicing, menatap jijik kios-kios yang berjejer tak beraturan di pasar ini. Ada toko kelontong, lapak sayur, toko ember plastik, lapak buah sampai meja-meja ikan tumplek menjadi satu disana. Juga tak ketinggalan sekompi lalat yang asyik berpesta pora di setiap barang yang beraroma menyengat.
“Kalau kamu tak mau menemaniku, tunggu aja disini,” putusku sambil meninggalkannya sendiri yang masih terbengong diatas sadel motor.
“Radit, tunggu!” rengeknya dengan suara manja.
“Apalagi?” tanyaku jenuh.
“Antar aku pulang,” titahnya.
Hah? Enak saja dia ngomong. Emang dia pikir aku ini ojek, yang rela antar sana-sini dengan senang hati? Ogah. Aku kemudian melengang sendiri tanpa menghiraukan aumannya yang seperti serigala betina.
“Radiiiit!”
EGP!
Judul : Di Ambang Kematian
Penulis : Lonyenk Rap, dkk
Jumlah Halaman : vi + 180 halaman
ISBN : 978-602-18292-0-2
Harga : 43.000 (belum ongkir)
PAYUNG KERTAS (Lonyenk Rap)
Tok.. Tok.. Tok..
Sebelum membuka selop pintu aku mendengar pintu di ketuk lagi, kali ini suaranya terdengar lebih keras. Ketika membuka pintu, aroma daun pandan, kayu garu dan wangi kembang aneka rupa menerobos masuk menerpa indera penciumanku. Bulu kudukku seketika berdiri. Deg!
Aku terkejut saat melihat sosok yang berada di depan pintu. Di hadapanku telah berdiri seorang laki-laki tua dengan wajah yang tertutup topi caping. Kepalanya tertunduk menekuri lantai rumah membuatku tak bisa memandang wajahnya dengan jelas. Apa dia peminta-minta? Atau orang yang ingin numpang berteduh disini? tanyaku dalam hati.
Aku hanya bisa terdiam melihatnya. Orang itu pun hanya terpaku di muka pintu tanpa mengucapkan sepatah kata, mengutarakan maksud kedatangannya kemari. Rasa penasaran menggempur hatiku. Mataku kemudian tertumbuk pada sepasang kakinya yang kotor. Tanah merah yang masih basah melumuri kaki keriputnya yang lebar membuatku bergidik. Aneh!
“Ada perlu apa, Pak?” aku mencoba bersuara tapi pertanyaan itu tak bisa keluar dari bibirku hanya bergaung dalam hatiku. Kerongkonganku mendadak kering. Tercekat.
“Kembalikaan..!” seperti bisa mendengar pertanyaan yang bergema di hatiku dia bereaksi. Suaranya terdengar bergetar, sengau sekaligus dingin seperti angin sore. Aku terkesiap mendengarnya.
“Kembalikaan..!” ulangnya. Kepalanya perlahan mendongak dihadapanku, memperlihatkan rupanya dengan jelas.
Ya, Allah.. wajah itu kontan membuatku merinding? Kulit wajahnya pucat tak berdarah. Mata mulut dan telinganya di tutupi dengan kapas seperti mayat yang mau dikafankan. Siapa dia?
“Kembalikan payungkuuu...!” erangnya lagi.
Sadarlah aku siapa yang kini ada dihadapanku. Arwah Wak Anjang.
Bruuk..! Aku kemudian jatuh pingsan di depan pintu.
ANTOLOGI KU YANG KE 10 (Kontributor untuk royalty amal)
Yang suka horor sekalian mau beramal, buku ini bisa jadi satu pilihan kalian, all
Yang suka horor sekalian mau beramal, buku ini bisa jadi satu pilihan kalian, all
CARA PEMESANAN :
Ketik: DAK # NAMA LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 085732631400
Nanti Anda akan mendapatkan SMS No.Rek dan jumlah yang harus dibayarkan. (Seluruh royalti akan disumbangkan kepada anak-anak yatim piatu)
Anisa Ae, A Baim, Nyi Penengah Dewanti, Hylla Shane Gerhana, Boneka Lilin, Denny Herdy, Dang Aji, Saepullah, Tubagus Rangga Efarasti, Fauziah Rachmawati, Bagus Supriadi, Faizaal Oddang, Cemie Lee, El Kinanti, Lina Lidia, Niken Larasati, Molzania, Joy Amarta, Skylashtar Maryam, Alin You, Misel, Diandwi A, Nenny Makmun, Artha Amalia
Subscribe to:
Posts (Atom)