Dengan dada berdebar Hamran melangkah. Pemuda
sembilan belas tahun itu membawa nampan berisi sesajen. Tujuannya hanya satu. Mendatangi
pohon nangka tua yang berada di selatan ujung kampung. Suasana sekitar tampak sepi
dan hampir gelap. Sebentar lagi waktunya maghrib. Bulu kuduk Hamran meremang,
setiap dia ingat tempat seperti apa yang akan didatanginya.
Tapi mau bagaimana
lagi. Emak yang biasanya melakukan ritual ini sedang berhalangan. Ini seperti
tradisi dalam keluarganya, yang juga dilakukan banyak orang di kampung ini, dan
sudah dikerjakan turun temurun. Semakin mendekat kearah pohon nangka tua itu, tubuhnya
kian merinding.
Sayup-sayup dia kemudian mendengar suara-suara aneh disekitar pohon
nangka. Suara yang terdengar seperti anak kecil yang sedang bermain. Bercengkarama,
tertawa cekikikan. Makin lama suara itu terdengar semakin ramai. Tapi begitu Hamran
sampai di dekat pohon nangka tua itu, tak satupun anak-anak yang dijumpainya
disana. Bulu kuduknya kembali meremang.
Dengan memberanikan diri, Hamran lantas menoleh ke belakang. Bukan main terkejutnya Hamran. Jantungnya serasa mau lepas. Anak-anak itu terlihat nyata sekarang. Berlima. Mereka semua berkulit hitam dan berkepala plontos, dengan ukuran kepala yang tak sesuai dengan tubuh mereka yang kurus. Dengan mata besar dan melotot, telinga lebar dan perut yang buncit, mereka tak ubahnya seperti penderita busung lapar dengan tampang mengerikan.
Hamran tahu, seperti yang sering diceritakan Emak, mereka bukan sebangsa manusia. Mereka adalah tuyul-tuyul hitam penghuni pohon nangka tua. Mereka tampak berlarian, mengelilingi pohon seperti anak kecil yang sedang main kucing-kucingan. Tiba-tiba salah satu dari tuyul itu sadar, kalau Hamran sedang memperhatikan mereka.
Tuyul itu kontan berhenti berlari dan menyeringai kearah Hamran, menampakkan gigi gigi kecilnya yang bertaring. Hamran terkejut. Dan dalam sekejap mata, tuyul-tuyul itu kemudian lenyap, menyelinap di balik pohon nangka dan lantas menghilang bersama gema suara mereka yang perlahan redam.
0 comment(s) to... “TUYUL HITAM (Liberty 11 Maret 2012)”
0 comments:
Post a Comment