Njang Narah. Dukun perempuan renta
dengan postur tubuh kecil dan ringkih. Wajah tirusnya terlihat menyeramkan
dengan rambut panjang berwarna putih kelabu. Usianya sudah diambang delapan
puluh tahun. Namun, walau begitu, kenyataannya dia masih bugar dan cekatan.
Matanya yang berwarna hitam kelabu selalu bersorot tajam, membuat merinding siapa
saja yang beradu pandang dengannya.
Tak heran ketika melihatnya, Iman menangis
ketakutan. Bocah itu langsung memeluk ibunya dan menjerit histeris. Kalau tak
dipujuk ayahnya, Iman sudah pasti menolak untuk diobati. Setelah membakar kemenyan
dan menggelar oburampe lainnya, Njang Narah memulai ritual pengobatan. Mulut
dukun itu komat kamit, khusyuk membaca mantra.
Matanya terpejam seperti pertapa
yang sedang bersemedi. Tak lama kemudian tubuh perempuan tua itu bergetar. Ada
kekuatan lain yang merasuk ke dalam tubuhnya. Njang Narah perlahan membuka
matanya. Mata itu merah, menatap nyalang ke sekeliling ruangan. Hidungnya
kemudian mengendus, mencari sumber bau koreng yang tercium menyengat. Seperti
anjing pelacak.
“Selama tiga hari anak ini jangan dimandikan,” pesan Njang Narah.
0 comment(s) to... “DUKUN KE TUJUH (Liberty 10 Mei 2012)”
0 comments:
Post a Comment