CINCIN PEMBAWA PETAKA (Liberty 11 November 2012)

Posted 07:26 by lonyenk rap in Labels:

Pukul sebelas malam Burhan belum beranjak tidur. Pemuda dua puluh lima tahun itu masih terjaga di kamarnya sambil menatap cincin yang melingkar di jari manisnya dengan senyum puas. Akhirnya, benda yang diidam-idamkan itu bisa dimilikinya. Cincin bermata hijau jamrud yang diyakini bakal merubah nasibnya. Memperlancar rezekinya. Dia bisa mendapatkan uang banyak dan bisa segera menyunting Salmiah, gadis pujaannya.

“Kau harus bersemedi tujuh malam berturut-turut di tepi sungai dari jam dua belas malam hingga dini hari kalau ingin mendapatkannya,” pesan sang guru pada Burhan waktu itu.

“Apa tak ada jalan lain, Guru?” Burhan ragu.

“Memang tak mudah kalau ingin mendapatkan benda keramat.”

Burhan mengangguk takzim. “Kapan cincin itu akan muncul, Guru?”

“Cincin itu sifatnya gaib. Tak ada yang tahu kapan munculnya. Yang pasti, cincin itu akan datang dengan sendirinya jika kau berhasil melakukan semedimu.”

Entah karena khusyuk atau keyakinanya yang begitu kuat, setelah tujuh malam menjalani semedi, Burhan mendapat mimpi. Dalam mimpinya dia diberi petunjuk seorang nenek berbadan bungkuk. Nenek itu mengajak Burhan ke sungai dan menunjukkan letak cincin keramat yang dicarinya, yaitu dibalik batu besar tempat dimana Burhan melakukan semedi selama ini. Berbekal mimpi, dini hari itu juga Burhan mendatangi sungai dan menemukannya. 

Diluar hujan lebat. Udara dingin masuk lewat celah pentilasi kamar membuat Burhan sedikit menggigil. Tapi di detik berikutnya dingin itu berubah jadi hangat. Hawanya tak hanya hangat tapi membuat tubuhnya berkeringat. Aneh? Tiba-tiba terdengar selarik suara desisan yang entah darimana datangnya, berbaur dengan bunyi tetes hujan diatas genteng. 

Tak hanya itu. Diatas dipannya dipenuhi kelopak bunga kamboja. Hei! Darimana datangnya bunga ini? Baunya menyengat membuat Burhan mau muntah. Pemuda itu panik. Jantungnya berpacu lebih cepat. Membuat dadanya terasa sesak kehilangan udara. Ketika Burhan mencoba menyingkirkan kelopak kelopak kamboja itu, ekor matanya menangkap sesosok tubuh sedang berdiri kaku di sudut kamar dengan posisi kepala membelakanginya. Perempuan berambut panjang kusut dan bergaun putih lusuh. 

Burhan tercekat. Bulu kuduknya meremang. Raganya seperti melayang tak menjejak bumi. Nyalinya ciut seiring rasa takut yang kian bertalu. Tiba-tiba perempuan itu memalingkan kepalanya, menatap Burhan. Wajah pucat dengan sorot mata tajam itu kini tersenyum padanya. Menyeramkan.
 
“Jangan takut! Aku kini yang akan menemanimu..,” desisnya lirih dengan suara parau.

“Aaaaahhhhh.....!” Tak sadar Burhan berteriak. Dia kemudian jatuh pingsan.


0 comment(s) to... “CINCIN PEMBAWA PETAKA (Liberty 11 November 2012)”

0 comments:

Post a Comment