ANONG LAPOK (Majalah Joe Fiksi April 2013)

Posted 07:44 by lonyenk rap in Labels:
Bagi kami, anak anak muda di kampung ini yang umurnya tak lebih dari tiga puluh tahun, nama Anong Lapok hanyalah sebuah cerita. Sebuah nama yang lahir dari bincang mulut ke mulut yang kemudian menjadi legenda rekaan yang ceritanya telah kami dengar turun temurun. Tapi bagi sebagian besar orang disini, mayoritas yang telah berusia sepuh, Anong Lapok tak hanya sekedar tokoh fiktif. Sosok dan namanya bagi mereka memang benar benar ada. Nyata dan tak terbantahkan. Entahlah. Yang pasti kami tak mau mendebatkan soal itu. Bisa tulah kami, nantinya.

Legenda tentang Anong Lapok memang telah menjadi cerita turun temurun di kampung kami. Cerita tentang seorang pemuda lapuk yang mengakhiri hidupnya di hutan, setelah pinangannya ditolak oleh sang gadis pujaan. Anong adalah pemuda yang baik, dia juga dikenal sebagai pribadi yang ramah dan suka menolong warga kampung yang sedang dalam kesusahan. Anong hanya tinggal berdua bersama ibunya di pinggir hutan. Dia tak pernah melihat ayahnya karena beliau meninggal ketika Anong masih dalam kandungan. 

Tidak jelas siapa sebenarnya nama Anong. Yang pasti orang-orang kampung memanggilnya dengan embel embel ‘Lapok’ (perjaka tua) di belakang namanya, karena sampai di usia 40-an ia belum juga menikah. Sebenarnya dia tergolong pemuda yang gagah pada jamannya, tapi entah kenapa soal jodoh Anong ketinggalan kereta. Sudah banyak gadis yang mendambakan untuk hidup dengannya. Anehnya, ketika dilamar, dari pihak si gadislah yang kemudian membatalkan pinangan tersebut dengan alasan yang tak jelas. 

Sampai suatu saat, ketika pinangan Anong ditolak untuk yang kesekian kalinya, dia pun tak kuasa menanggung dendam malu dan putus asa. Dia lantas memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri di hutan belantara yang angker dan sepi.

Dua pemuda tanggung yang sedang berburu burung di hutan menemukkan jasad Anong sudah tak bernyawa. Tubuhnya menjuntai di bawah dahan pohon beringin dengan leher terjerat seutas tali. Ada yang bilang kalau Anong Lapok sengaja mengakhiri hidupnya karena kecewa. Tapi ada juga yang berpendapat kalau Anong di pengaruhi dan dituntun sama roh jahat yang ada di hutan untuk berbuat senekad itu.

Sejak kematian Anong Lapok yang misterius, hutan yang sudah angker itu semakin bertambah menyeramkan. Makanya, menurut petuah orang-orang tua, jangan pernah mencari kayu atau berburu burung di hutan sendirian. Berbahaya! Hingga kini cerita itu terus bergulir dan telah mengalami beberapa kali pergeseran cerita yang patut dipertanyakan kebenarannya. 

            Yang pasti, cerita Anong Lapok akan kembali mencuat manakala ada anak-anak yang berani berkeliaran di hutan sendirian dengan alasan apapun. Karena itu, suka atau tidak suka, kalau ke hutan kami harus didampingi orang tua atau orang yang lebih tua dari kami.

            “Nanti kalian sesat dan ketemu Anong Lapok.”
            “Apa kalian tidak takut di mangsanya nanti?”
“Tubuhnya besar tinggi dan berbulu seperti Orang Utan.”
“Giginya seperti kapak. Besar besar dan tajam.”
“Sekali kalian tertangkap, mungkin kalian hanya akan tinggal nama setelah itu.”

Begitulah definisi tentang sosok Anong Lapok yang kerap kami dengar. Lama-lama cerita-cerita itu kemudian menjadi pantangan yang menghantui benak kami. Sugesti alam. Mungkin kami terlalu naif dengan menjadikannya sebagai petuah orang tua yang tak boleh di langgar. Di otak kami sudah terlanjur lamur dan terkontaminasi dengan doktrin, kalau hutan lebat yang ada di seberang kampung memang ada penghuninya. Hantu Anong Lapok.





0 comment(s) to... “ANONG LAPOK (Majalah Joe Fiksi April 2013)”

0 comments:

Post a Comment