BULE RAWA-RAWA
Penerbit : Universal Nikko
Penulis: Lonyenk Rap
Harga : Rp. 35.000,-
Jumlah halaman: xii+144 hlm
Ukuran 13x19cm
Cetakan pertama, April 2013
ISBN: 978 602 9547689
BULE RAWA-RAWA
Tepat sesuai rencana, atas rancangan dan jasa Kaloi, aku kemudian bertemu dengan Julai. Kaloi juga yang menjemput Julai tadi dari rumahnya, dengan alasan aku ingin ketemu dengannya. Mendengar berita palsu itu, tentu saja Julai langsung setuju. Dan karena itulah kami sekarang berada disini. Duduk di tepi pantai, jauh dari keramaian orang-orang yang juga ingin menikmati keindahan pantai malam ini. Untung bulan lagi purnama, jadi aku masih bisa membedakan, yang mana Julai dengan batu karang.
Sebenarnya tempat dan suasananya sangat romantis. Tapi sontak berubah menjadi sangat tidak romantis, karena perempuan yang kubawa kesini adalah sebangsa kuntilanak. Asal tahu aja, belum apa-apa Julai sudah minta di peluk. Alih-alih membuat suasana menjadi romantis, permintaannya itu malah terdengar mengerikan di telingaku.
“Aku sudah tahu, kalau suatu saat kau pasti mendatangiku,” ujar Julai genit.
Aku hanya diam. Mendengus.
“Kau tak akan bisa melupakan pesonaku yag memabukkan,” lanjutnya lagi, tak tahu diri.
Aku tetap membisu. Air liurku mulai mengembang. Mual.
“Aku sadar. Diantara cewek-cewek di kampung, hanya aku yang bisa menarik perhatianmu. Bahkan pesona Maryati pun tak mampu mengalahkan kecantikkanku,” cerocosnya lagi, kian menjadi-jadi.
Aku tak tahu harus berbuat apa selain mematung. Yang aku inginkan sekarang hanyalah, segera menuntaskan tugas gila dari Mak Njang Limah agar aku bisa terbebas dari azab dunia yang membuatku sengsara.
“Kamu beruntung, lho. Jam. Selain kamu, Bang Romi dan Bang Adit juga naksir aku. Tapi aku malah milih kamu. Aku...”
Julai tak dapat meneruskan kalimatnya, karena mulutnya sudah kubungkam dengan bibirku. Erat. Melekat.
Dan... waktu seperti berhenti berputar, ketika aku - dengan mengumpulkan tenaga dan keberanian- mulai melumat bibirnya. Detik pertama tak ada reaksi. Tapi di detik ke lima, bibir Julai malah lebih rakus dari serigala. Dia tidak hanya memagut tapi mengunyah balik bibir bahkan lidahku.
Alhasil, setelah bersusah payah melepaskan bibirku dari cengkeraman mulutnya yang bak Piranha, aku pun bisa menghirup udara segar kembali.
“Loi, cepat kemari!” teriakku panik.
Julai yang sudah terbebas dari kutukan magis Mak Njang Limah langsung kabur mendengar jeritanku. Kuharap dia tak nyebur ke lautan karena akan susah membedakannya dengan penyu nantinya. Kaloi yang sedang bersembunyi di balik batu besar, yang tak jauh dari Tempat Kejadian Perkara antara aku dan Julai tergopoh-gopoh mendatangiku.
“Ada apa Jam?” tanya Kaloi heran.
“Cepat bawa aku ke UGD,” pintaku dengan suara seperti orang yang lagi sekarat.
“Kamu sakit?” tanyanya bingung.
“Bibirku harus segera dijahit. Sepertinya robek sembilan,” erangku.
Kaloi kontan gegulingan di pasir, tertawa dengan sepuas hati.
Penasaran?
Penulis: Lonyenk Rap
Harga : Rp. 35.000,-
Jumlah halaman: xii+144 hlm
Ukuran 13x19cm
Cetakan pertama, April 2013
ISBN: 978 602 9547689
BULE RAWA-RAWA
Tepat sesuai rencana, atas rancangan dan jasa Kaloi, aku kemudian bertemu dengan Julai. Kaloi juga yang menjemput Julai tadi dari rumahnya, dengan alasan aku ingin ketemu dengannya. Mendengar berita palsu itu, tentu saja Julai langsung setuju. Dan karena itulah kami sekarang berada disini. Duduk di tepi pantai, jauh dari keramaian orang-orang yang juga ingin menikmati keindahan pantai malam ini. Untung bulan lagi purnama, jadi aku masih bisa membedakan, yang mana Julai dengan batu karang.
Sebenarnya tempat dan suasananya sangat romantis. Tapi sontak berubah menjadi sangat tidak romantis, karena perempuan yang kubawa kesini adalah sebangsa kuntilanak. Asal tahu aja, belum apa-apa Julai sudah minta di peluk. Alih-alih membuat suasana menjadi romantis, permintaannya itu malah terdengar mengerikan di telingaku.
“Aku sudah tahu, kalau suatu saat kau pasti mendatangiku,” ujar Julai genit.
Aku hanya diam. Mendengus.
“Kau tak akan bisa melupakan pesonaku yag memabukkan,” lanjutnya lagi, tak tahu diri.
Aku tetap membisu. Air liurku mulai mengembang. Mual.
“Aku sadar. Diantara cewek-cewek di kampung, hanya aku yang bisa menarik perhatianmu. Bahkan pesona Maryati pun tak mampu mengalahkan kecantikkanku,” cerocosnya lagi, kian menjadi-jadi.
Aku tak tahu harus berbuat apa selain mematung. Yang aku inginkan sekarang hanyalah, segera menuntaskan tugas gila dari Mak Njang Limah agar aku bisa terbebas dari azab dunia yang membuatku sengsara.
“Kamu beruntung, lho. Jam. Selain kamu, Bang Romi dan Bang Adit juga naksir aku. Tapi aku malah milih kamu. Aku...”
Julai tak dapat meneruskan kalimatnya, karena mulutnya sudah kubungkam dengan bibirku. Erat. Melekat.
Dan... waktu seperti berhenti berputar, ketika aku - dengan mengumpulkan tenaga dan keberanian- mulai melumat bibirnya. Detik pertama tak ada reaksi. Tapi di detik ke lima, bibir Julai malah lebih rakus dari serigala. Dia tidak hanya memagut tapi mengunyah balik bibir bahkan lidahku.
Alhasil, setelah bersusah payah melepaskan bibirku dari cengkeraman mulutnya yang bak Piranha, aku pun bisa menghirup udara segar kembali.
“Loi, cepat kemari!” teriakku panik.
Julai yang sudah terbebas dari kutukan magis Mak Njang Limah langsung kabur mendengar jeritanku. Kuharap dia tak nyebur ke lautan karena akan susah membedakannya dengan penyu nantinya. Kaloi yang sedang bersembunyi di balik batu besar, yang tak jauh dari Tempat Kejadian Perkara antara aku dan Julai tergopoh-gopoh mendatangiku.
“Ada apa Jam?” tanya Kaloi heran.
“Cepat bawa aku ke UGD,” pintaku dengan suara seperti orang yang lagi sekarat.
“Kamu sakit?” tanyanya bingung.
“Bibirku harus segera dijahit. Sepertinya robek sembilan,” erangku.
Kaloi kontan gegulingan di pasir, tertawa dengan sepuas hati.
Penasaran?
0 comment(s) to... “BULE RAWA-RAWA (Novel #4 Genre Komedi Sarkastik)”
0 comments:
Post a Comment