JAWARA LOMBA CERPEN PLESETAN JUDUL FILM (Taman Sastra Maret 2011)

Posted 18:18 by lonyenk rap in Labels:

Alhamdulillah. Cerpenku TALI POCONG JANDA berhasil jadi JAWARA di ajang Lomba "Plesetan Judul Film" yang di adakan Group TAMAN SASTRA.

Sebelum menulis cerpen ini aku sempat nonton film Tali Pocong Perawan (talent : Dewi Persik) dulu, untuk mencari inspirasi. Walau begitu, jangan salah sangka, dengan mengira cerpen ini sama dengan cerita film tersebut. Sama sekali berbeda. Kesamaannya cuma satu, ‘mencuri tali pocong’ itu aja.

Ketika Lucky Andrean Sanusi mengumumkan peserta yang lolos dlm 20 besar, aku udah seneng banget. Bagaimanapun, menyisikan ratusan peserta lainnya bukanlah perkara gampang. Terus, waktu tahu aku masuk ke dalam Top 10, aku semakin seneng, tapi belum mikir untuk menang.

Dan, ketika Lucky bilang di statusnya : “… Hilal Ahmad, selamat,"Dalam Keranda Cintamu" yg merupakan Plesetan dari Film "Dalam Mihrab Cinta",berhasil membawamu ke tangga Juara ke-3,dan sahabat,tepuk tangan meriah buat sahabat kita yg berhasil menduduki Jawara Lomba "Plesetan Judul Film" dengan karyanya "Tali Pocong Janda",Plesetan dari Film "Tali Pocong Perawan",siapa lagi kalau bukan Lonyenk Rap.....congratz bro^^

Wuah.. I’m so speechless about this results, NGGAK NYANGKA. Karena ini adalah pengalaman pertama cerpenku jadi JAWARA. Sebelumnya, sudah 18 kali aku mengikuti kompetisi menulis cerpen, 4 kali menang (2 diantaranya sudah di bukukan), dan baru kali ini jadi juara 1. Tiada kata selain mengucap Alhamdulillah…

TALI POCONG JANDA  (Plesetan dari judul film Tali Pocong Perawan)

by : LONYENK

Namaku James Dean. Tepatnya, Abdul James Dean. Entah kerasukkan setan mana Bapak waktu itu, hingga beliau tega mengasi namaku seperti nama seorang aktor yang berasal dari Amrik tersebut. Di kampung kami, yang kehidupan sosialnya jauh dari kata layak, tidak sepantasnya seorang ayah memberi nama anaknya seperti nama orang barat, apalagi yang sekelas legendaris. Terlalu beresiko. Rentan kena olok sana-sini. Soalnya, di kampung kami tidak ada anak yang namanya kebarat-baratan seperti namaku. Yang ada hanya nama-nama standar seperti Udin, Leman, Bedol dan Pi’i. Paling banter hanya sampai Rudi, Romi dan Toni.

Dan karena namaku yang terlampau tinggi itulah, aku kemudian sukses menjadi bahan celaan teman-teman sepanjang hayatku. Si ‘bule’ yang tiba-tiba nyasar di kampung rawa-rawa, begitu kata mereka.
Bapak bilang, beliau adalah penggemar berat James Dean, aktor Amerika era 50-an, ketika aku bertanya perihal nama yang membuatku sengsara tersebut. Tapi menurut Emak, Bapak cuma sok ikut-ikutan nge-fans saja waktu itu, biar dicap anak kota sama orang sekampung. Lha, nonton film aktor tersebut saja cuma sekali kok, di film tengah malamnya TVRI, mana bisa dibilang nge-fans?

Sekali atau seratus kali menonton aksinya James Dean, yang jelas Bapak mempunyai maksud dan tujuan tertentu, kenapa beliau berani memberikan nama berat itu padaku. Rupanya Bapak ingin wajahku seganteng dan se-macho James Dean. Namun Bapak harus kecewa, karena aku terlahir dengan fisik yang jauh dari kata ganteng, apalagi macho. Tapi seharusnya Bapak bisa mengerti, bahwa bibit singkong tak akan pernah bisa menghasilkan buah Apel. Kecuali singkongnya selingkuh sama Apel.

Karena tidak ganteng dan tidak macho itulah yang menjadi pangkal dari masalahku. Aku benar-benar tak punya muka sekarang. Bukan karena aku gagal menjalani operasi face-off (ganti wajah), tapi karena cintaku di tolak sama Surti, si kembang kampung yang seksi. Ditolak cinta secara diam-diam saja sudah bikin malu, apalagi di tolak di depan umum. Surti rupanya tidak terima, kalau ada cowok jelek sepertiku yang menaruh hati padanya. Karena itulah, dia dengan lantangnya berkoar-koar ke seantero kampung kami, dengan mengatakan kalau aku ini adalah cowok dekil yang tak tahu diri, Bule Rawa-Rawa pengemis cinta, ejeknya. Bukan saja tidak punya muka, hatiku juga hancur berkeping-keping karena perkataan tajamnya.

Surti benar-benar keterlaluan. Dulu aku memang memuja Surti setinggi langit, kagum akan pesona ragawinya yang seperti Aura Kasih. Tapi kini tidak lagi. Rasa kagumku padanya hilang di sapu badai celotehnya yang begitu menyakitkan. Aku tidak bisa tinggal diam. Perbuatan Surti yang menyakitkan harus dibalas. Aku mau gadis angkuh itu sadar, kalau kecantikkan yang di milikinya itu bukan untuk melecehkan martabat orang lain. Untuk itu aku perlu bantuan seorang dukun. Dan Wak Kadol, dukun sakti (yang kalau siang harinya merangkap jadi makelar hape bekas) adalah pilihan yang sangat tepat. Cuma, yang menjadi kendala adalah syarat yang di pintanya. Syarat itu terbilang berat bagi manusia berotak waras. Entah apa alasannya (cuma Wak Kadol dan Tuhan yang tahu), si dukun mau aku menyediakan tali pocong janda yang baru mati sebagai syarat utama. Ya, aku harus segera mencuri tali pocong dari mayat seorang janda, kalau mau melihat Surti bertekuk lutut dan mengemis cinta padaku. Segera!

Akankah James berhasil meraih hati si seksi angkuh Surti? Tapi kenapa pula Wak Kadol di tuduh sebagai dukun palsu?

NOTES :
Setelah melalui Penyeleksian Super Duper Ketat oleh Lembaga Nyosor Film Group TAMAN SASTRA,maka terpilihlah TOP 20 CERPEN BOX OFFICE dan JUARA nya yang akan di bukukan :

5 LONYENK RAP - TALI POCONG JANDA (JUARA I)
39 AIRA ARISTHA - SI JAGO GERAH (JUARA II)
90 HILAL AHMAD - DALAM KERANDA CINTA (JUARA III)

9 LIA ARRUMAISHA - EMBER I'M IN LOVE
10 ENDANG SRI SULISTIYA - APPLE, I'M IN LOVE
16 HARIRI ASMARA SUZUMI - EMAK INGIN LIAT KUNTILANAK
21 SUDEN BASAYEV - APA ADA DEGAN CINTA
25 ENDANG SSN - EMAK INGIN NAIK PESAWAT
29 OCHI AJA - JAY JANGKUNG
32 MELATI PERMANA - JAKARTA UNDER KUPER
45 RAHMAN HANIFAN SEMAKIN DAHSYAT - GARUKLAH DI DADAKU
49 MAS ADI III - BOLA TAK BERDAWAI
55 NOVYARINI PRAZT - EMAK INGIN NAIK GAJI
63 DANG AJI SIDIK - LOPIS CINTA
84 NAMINIST POPY - JANJI JONTOR
85 DHIA FAJAR - EMAK INGIN NAIK BUSWAY
87 REESMA SA'ADIYA - TEMPE STORY
88 ROSINTAN HASIBUAN - AIR TERJUN PENAKUT
89 DANIEL DH - SUSAHNYA JADI PELAWAK
94 BUNDA HAIFA - ALANGKAH MALANGNYA (GURU ITU)


0 comment(s) to... “JAWARA LOMBA CERPEN PLESETAN JUDUL FILM (Taman Sastra Maret 2011)”

0 comments:

Post a Comment